SKRIPSI- MEDIA PEMBELAJARAN PAI BERBASIS INFORMASI KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI BAGI ANAK DISABILITAS DISEKOLAH KHUSUS KORPRI
MEDIA PEMBELAJARAN PAI BERBASIS INFORMASI KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI BAGI ANAK DISABILITAS DISEKOLAH KHUSUS KORPRI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Jihan Handi Suryadi
NIM. 1811104072
PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH MANSHUR PANDEGLANG
2022 M / 1443 H
ABSTRAK
Jihan Handi Suryadi, NIM 1811104072 Tahun 2022. Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas Di Sekolah Khusus Korpri. Skripsi, Program Sarjana Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Manshur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dan responsible siswa terkait Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas Di Sekolah Khusus Korpri.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana implementasi Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas ? 2) Bagaimana respon siswa ketika belajar menggunakan Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi ?
Metode yang digunakan penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang tidak menggunakan hitungan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi media pembelajaran PAI berbasis informasi, komunikasi dan teknologi bagi anak disabilitas sangatlah baik. Karena latar belakang guru mayoritas dan Pendidikan dan penuh dedikasi yang tinggi terhadap anak berkebutuhan khusus. Dalam hal ini tentu saja pencapaian yang dilakukan oleh siswa baik dikarenakan responnya pun sangatlah baik. Rasa ketertarikan, keingintahuan, respon yang baik, dan mempunyai skill yang berpotensi tentu sangat diharapkan oleh para guru. Banyak yang mengatakan bahwa anak disabilitas adalah anak yang tidak sempurna, namun setelah saya nikmati esensi penelitian ini, ternyata anak yang sempurna bukanlah anak yang memiliki kelebihan saja, namun anak yang sempurna adalah anak yang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kata Kunci: Media Pembelajaran PAI, Informasi Komunikasi dan Teknologi, disabilitas
ABSTRAK
Jihan Handi Suryadi, NIM 1811104072, 2022th. Information, Communication and Technology-Based PAI Learning Media for Children with Disabilities in Korpri Special Schools. Thesis, Bachelor Program in Islamic Religious Education Sheikh Manshur Islamic High School.
This study aims to determine the implementation and responsibility of students related to Information, Communication and Technology-Based PAI Learning Media for Children with Disabilities at Korpri Special Schools.
The formulation of the problem in this research are: 1) How is the implementation of Information, Communication and Technology-based PAI Learning Media for Children with Disabilities? 2) How do students respond when learning to use PAI Learning Media Based on Information, Communication and Technology?
The method used in this study is included in qualitative research, namely research that does not use calculations.
The results showed that the implementation of information, communication and technology-based PAI learning media for children with disabilities was very good. Because of the majority teacher background and education and full of high dedication to children with special needs. In this case, of course, the achievements made by students are good because the response is very good. A sense of interest, curiosity, good response, and having potential skills are certainly highly expected by teachers. Many say that children with disabilities are imperfect children, but after I enjoyed the essence of this research, it turns out that a perfect child is not a child who has only advantages, but a perfect child is a child who has advantages and disadvantages.
Keywords: PAI Learning Media, Information Communication and Technology, disability
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan kuasaNya akhirnya saya bisa menyelesaikan Skripsi ini, saya persembahkan ini untuk orang-orang yang telah membantu, mendorong, mendampingi, dan menyemangatiku dalam
perjalanan mewujudkan salah satu impian:
1. Ayah dan Ibuku tercinta, Nasori (Alm) dan Juhaeriah saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya yang selalu membimbingku, memberikan do’a, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam hidupku.
2. Saudara dan keluargaku yang selalu mendukung saya dan memberi motivasi dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.
3. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2018 jurusan PAI, Khususnya kepada Arisman, Haris Munandar, Heri Hermawan dan Ahmad Nuni yang selalu menemani baik senang maupun susah dan selalu memberi motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
4. Keluarga besar SKH KORPRI Pandeglang yang telah memberikan izin dan membantu dalam melaksanakan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas skripsi.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpah Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan proposal dengan judul “Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas Disekolah Khusus Korpri”. Shalawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Rasul terakhir yang membawa risalah Islamiyah, penyejuk dan penerang hati umat kepada jalan yang diridhai Allah SWT sehingga selamat dunia akhirat serta pemberi syafaat di hari kiamat.
Dalam penyusunan proposal ini, peneliti mengalami beberapa kesulitan. Akan tetapi berkat adanya bantuan, bimbingan, motivasi dan masukan dari banyak pihak dapat mempermudah penyelesaian proposal ini untuk selanjutnya diajukan pada seminar proposal.
Sehubungan dengan itu peneliti mengucapkan terimakasih secara tulus kepada:
1. Dr. H. Kosasih, M.Pd. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Manshur Pandeglang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti menempuh program Studi Pendidikan Agama Islam di STAI Syekh Manshur Pandeglang.
2. Dr. M. Noor Anzali, M.Pd. selaku dosen pembimbing 1, dan Agus Hidayatullah, S.Kom, M.Pd. selaku pembimbing 2 yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan proposal ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
LEMBAR PENGESAHAN iiv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN v
LEMBAR PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL. xii
DAFTAR LAMPIRAN. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 5
C. Pembatasan Masalah 6
D. Rumusan Masalah 6
E. Tujuan Penelitian 6
F. Manfaat Penelitian 7
1. Manfaat Teoretis 7
2. Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi konseptual fokus 9
1. Definisi Media Pembelajaran PAI 9
2. Definisi Informasi, Komunikasi dan Teknologi 14
3. Definisi Anak Disabilitas 17
4. Definisi Sekolah Luar Biasa 23
B. Deskripsi Konseptual Subfokus 24
1. Definisi Implementasi 24
2. Definisi Respon Siswa 28
C. Relevansi Fokus dan Subfokus 30
D. Relevansi Penelitian 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 33
B. Subjek dan Lokasi Penelitian 34
C. Data dan Sumber Data 34
D. Teknik Pengumpulan Data 35
1. Observasi 35
2. Wawancara…………………………………………………..36
3. Dokumentasi 36
E. Teknik Analisis Data 36
F. Prosedur Penelitian 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian 39
1. Profil Skh Korpri-Pandeglang 39
2. Visi Misi dan Tujuan 43
3. Struktur Organisasi 44
4. Sarana dan Prasarana 45
B. Deskripsi Hasil Penelitian 45
1. Implementasi Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas 48
2. Respon Siswa Terhadap Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian 55
1. Implementasi Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas 57
2. Respon Siswa Terkait Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi. 62
BAB V PENUTUP
A. Simpulan 72
B. Saran 74
DAFTAR PUSTAKA 75
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENELITI
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Identitas Sekolah……………………………………………………..40
Table 4.2 Sarana dan Prasarana…………………………………………………45
Table 4.3 Kompetensi Guru……………………………………………………..59
Table 4.4 Pola Komunikasi……………………………………………………...60
Table 4.5 Jaringan……………………………………………………………….60
Table 4.6 Pola Komunikasi……………………………………………………...63
Table 4.7 Pemahaman Siswa……………………………………………………65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Observasi………………………………………………….59
Lampiran 2. Lembar Wawancara…………………………………………………
Lampiran 3. SK Pembimbing……………………………………………………79
Lampiran 4. Surat izin melakukan penelitian……………………………………80
Lampiran 5. Dokumentasi……………………………………………………….81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini peran lembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang dalam memperoleh sistem maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu lembaga pendidikan tidak hanya sebagai wahana untuk menambah ilmu pengetahuan, namun juga sebagai lembaga yang dapat memberi skill atau bekal untuk hidup yang nanti diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat. Anak adalah harapan bangsa dimasa mendatang, hak-hak yang harus diperoleh anak terhadap orang tuanya sejak dilahirkan di dunia yang berdasarkan hukum dan perundang-undangan yang berlaku . Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan usaha yang terencana dan terarah dan meliputi berbagai terbentuknya intervensi dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial serta memperkuat institusi-institusi Sosial.
Pembelajaran berbasis aneka sumber memungkinkan terciptanya suatu situasi pembelajaran yang “hidup” dan menarik. Hal ini sejalan dengan tuntutan yang ada di dalam PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Perkembangan dan kemajuan zaman selalu berimplikasi terhadap perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan manusia. Teknologi yang dikembangkan oleh para teknokrat juga beragam, baik berupa teknologi bio, teknologi multimedia maupun teknologi komunikasi yang ternyata memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendidikan. Sehingga, dengan teknologi tersebut diharapkan perkembangan ini juga dapat meningkatkan mutu pendidikan inklusi Indonesia ke depan sebagai komponen strategi dari perkembangan manusia (sumber daya manusia) dan perkembangan Negara.
Informasi, Komunikasi dan Teknologi merupakan segala bentuk teknologi yang menunjang penyampaian informasi dan pelaksanaan komunikasi searah, dua arah, atau bahkan lebih.Informasi, Komunikasi dan Teknologi mencakup di dalamnya radio, televisi, sampai dengan internet dan bahkan conference melalui layar telepon genggam. Selain perangkat di atas, video pembelajaran, VCD/DVD pembelajaran, komputer dengan sejumlah program aplikasinya, internet (online dan offline) adalah sejumlah perangkat lunak dan perangkat keras yang masuk dalam kategori ICT. Melalui Informasi, Komunikasi dan Teknologi tersebut di atas setting tempat, suasana pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, peran guru mengalami perubahan yang signifikan.
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang membutuhkan pendidikan. Manusia sebagai Homo Educandum memperoleh pendidikan secara informal dari keluarga. Selepas dari keluarga manusia belajar di lingkungan yang lebih luas yakni masyarakat. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia dari tahun ketahun semakin menunjukan peningkatan. Maraknya berdiri sekolah-sekolah baru membuktikan bahwa betapa pentingnya arti dari tujuan sebuah Pendidikan Perkembangan pendidikan bagi penyandang disabilitas di Indonesia memiliki masa depan yang jauh lebih baik setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945. Salah satunya yakni di Kabupaten Pandeglang juga menunjukkan peningkatannya dalam hal pendidikan. Banyaknya berdiri sekolah-sekolah negeri maupun swasta telah memberikan alternatif pilihan kepada calon-calon siswa terutama penyandang disabilitas. Undang-Undang dasar 1945 dalam pasal 5 ayat 2 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, tidak terkecuali penyandang disabilitas sehingga pendidikan bagi penyandang disabilitas telah menjadi amanat kontribusi diatur lebih lanjut dalam UU no. 54 tahun 1954 tentang pernyataan berlakunya Undang-Undang no. 4 tahun 1950 dari Republik Indonesia dahulu tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh rakyat di Indonesia. Adanya undang-undang tersebut mendorong dibukanya sekolah-sekolah yang diperuntukkan untuk penyandang disabilitas, dan disebut sebagai Sekolah Khusus (SKh).
Sekolah khusus (SKh) merupakan lembaga pendidikan formal yang diperuntukkan untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus atau yang biasa dikenal dengan penyandang cacat atau bisa kita sebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mempunyai indeks karakteristik, perkembangan, dan pertumbuhan yang berbeda dengan anak yang tumbuh dengan normal.
Di Sekolah Khusus (SKh) KORPRI Pandeglang menggunakan sistem pelayanan segregasi, yang mana sistem pelayanan segregasi ialah sistem dimana anak berkelainan khusus terpisah dari pendidikan anak normal. Adapun kelebihan dari sistem segregasi yaitu rasa ketenangan pada anak luar biasa, komunikasi yang mudah dan lancar, metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan dan siswa tidak menjadi bahan ejekan dari siswa lain yang normal.
Sekolah Khusus (SKh) KORPRI Pandeglang menyelenggarakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam proses belajar, khususnya pembelajaran PAI, Sekolah Khusus Korpri sudah menyediakan dan menggunakan media teknologi untuk pembelajaran peserta didik disana. Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu pihak sekolah disana, Pembelajaran PAI bagi anak Disabilitas tentu sudah menggunakan media pembelajaran berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi. Dibuktikan dengan disetiap hari Jum’at, peserta didik belajar Pendidikan Agama Islam menggunakan Audio Visual, dibantu dengan alat yaitu Laptop dan infokus, sehingga peserta didik mampu melihat dan mendengar materi yang disampaikan.
Dengan itu, setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan Pendidikan dan kewajiban untuk belajar.Begitupun mereka anak disabilitas memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya dengan segala aspek kehidupan termasuk layanan Pendidikan. Dan dengan seiring perkembangan jaman,dimana setiap pelajar harus menggunakan teknologi dengan sebaik mungkin termasuk dalam Pendidikan agama islam. Maka perlu dilakukan penelitian tentang “Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas Di Sekolah Khusus Korpri”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Media Pembelajaran Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi terhadap hasil Belajar PAI bagi anak Disabilitas.
2. Bagaimana respon siswa terhadap Media Pembelajaran PAI berbasis Informasi, Komunikasi dan teknologi.
3. Bagaimana pola komunikasi guru ketika menyampaikan materi PAI menggunakan Media Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi.
4. Bagaimana sarana Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi di Sekolah Khusus Korpri.
5. Efektif atau tidak ketika Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi diterapkan di Sekolah Luar Biasa.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan terfokus pada pokok permasalahan yang akan dibahas, maka ruang lingkup masalah penelitian ini dibatasi pada Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi di Sekolah Khusus Korpri-Pandeglang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan:
1. Bagaimana Implementasi Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas.
2. Bagaimana Respon siswa terhadap Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai ialah:
1. Untuk menganalisis implementasi Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi yang tepat dan menarik untuk anak disabilitas
2. Untuk mendeskripsikan Respon Siswa Ketika Belajar Menggunakan Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi bagi anak Disabilitas. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan perbandingan penelitian sejenisnya.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Siswa mampu beradaptasi sehingga meningkatkan hasil belajar PAI yang efektif menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi guru-guru dalam mendidik anak berkebutuhan khusus dengan Media Pembelajaran PAI berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi yang optimum.
Diharapkan sekolah menjadi bahan dalam memfasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru PAI. Menambah efektivitas pembelajaran,dan meningkatkan kualitas sekolah.
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi sarjana (S-1) di Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Manshur Pandeglang. Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman bagi peneliti sebagai hasil pengamatan langsung khususnya terkait dengan Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual Fokus
1. Media Pembelajaran
Media adalah bentuk jamak dari “medium” yang berasal dari Bahasa latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan menurut Bahasa Indonesia, kata ‘medium” dapat diartikan “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi “pesan” antara pemberi pesan dan penerima pesan. Dalam artian media adalah alat pengantar informasi yang dikirim oleh pemberi pesan kepada penerima pesan.
Media dalam prespektif pendidikan adalah instrumen yang sangat strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik.
Menurut Oemar Hamalik media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Menurut Suprapto dkk, menyatakan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat pembantu secara efektif yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Gerlach dan ely sebagaimana dikutip dalam arsyad azhar, mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilam atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, danlingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Gagne mengkutip pengertian Media sebagaimana yang dikemukakan menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Heinich, dan kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantarkan informasi informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi.
Sebagaimana yang dikutip oleh Gerlach dan Ely bahwa media adalah A medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the lerner to acquire knowledge, skill, and attitude. Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi dalam pengertian ini media bukan hanya perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Profesor Ely seperti yang dikutip Arief S. Sadiman dalam kuliahnya di Fakultas Pasca Sarjana Malang tahun mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwasanya media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan Dalam hubungan ini Dic dan Carey menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: pertama ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya. Ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya bisa digunakan di manapun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan.
Dalam penelitian kali ini peneliti lebih cenderung menggunakan definisi media pembelajaran dari Oemar Hamalik dengan alasan bahwa cakupannya lebih luas, tidak hanya dibatasi sebagai alat tetapi juga teknik dan metode sehingga dapat mencakup definisi dari para ahli pendidikan lainnya.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah (anak didik) dengan berpedoman pada ajaran Islam. Istilah pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu sendiri merupakan usaha dari orang dewasa (muslim) yang bertakwa, yang secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (potensi dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai pembelajaran yang bertujuan membentuk individu yang berkarakter, berakhlak, bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan tujuan yaitu ajaran Allah.
Yusufhadi Miarso mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauna si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai memaknai media pendidikan sama dengan media pengajaran yang maksudnya sesuatu yang akan mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Lebih lanjut Rodhatul Jennah mengemukakan bahwa media pendidikan disebut juga sebagai media pembelajaran yang maksudnya segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Adapun menurut saya sendiri Pembelajaran Pendidikakn Agama Islam adalah upaya peserta didik untuk mendorong semangat belajar siswa dalam mempelajari ilmu Pendidikan agama islam.
Jadi, Media pembelajaran PAI merupakan Suatu keharusan, karena tanpa media tentunya sulit bagi guru untuk dapat menyampaikan pesan pembelajaran dengan baik.
2. Pengertian Informasi, Komunikasi dan Teknologi
Secara singkat sejarah teknologi informasi dapat diuraikan sebagai berikut: Manusia adalah makhluk sosial, di samping sandang, pangan, dan papan sebagai kebutuhan utamanya, maka sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan komunikasi di antara sesamanya untuk dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Mulailah manusia mencari dan menciptakan sistem, alat yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Awal pertama dengan melukis bentuk (menggambar) di dinding gua, isyarat tangan, isyarat asap, isyarat bunyi, huruf, kata, kalimat, tulisan, surat, sampai dengan telepon dan internet.
Bentuk perkembangan teknologi informasi yang paling modern dan kini digunakan oleh milyaran penduduk di seluruh dunia adalah internet. Internet sebagai wujud hypermedia yang terus bertumbuh memungkinkan manusia mencari informasi, mengirim informasi, menggandakan, menyimpan informasi, dan berkomunikasi dengan orang lain. Internet adalah dunia maya jaringan komputer (interkoneksi) yang terbentuk dari milyaran komputer di seluruh dunia (Robby Chandra, 1998).
Dalam bidang pendidikan, menurut Eric Ashby seperti dikutip Yusufhadi Miarso (2004), perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menimbulkan revolusi keempat. Revolusi pertama terjadi ribuan tahun yang lalu sejak masyarakat membedakan tanggung jawab orang dewasa dan tugas mendidik para muda beralih dari orang tua kepada guru dan dari rumah ke sekolah. Revolusi kedua terjadi dengan dipergunakannya bahasa tulisan sebagai sarana pendidikan. Sebelum itu pendidikan berlangsung secara lisan. Revolusi ketiga berlangsung dengan ditemukannya teknik percetakan yang kemudian memungkinkan tersedianya buku secara meluas. Revolusi keempat ditandai dengan perkembangan elektronik terutama dalam bentuk radio, televisi, pita rekaman, dan komputer. Di dunia pendidikan, TIK dipergunakan antara lain untuk keperluan belajar secara terbuka (open learning) dan belajar jarak jauh (distance learning), serta dalam era cyber dewasa ini berkembang belajar secara elektronik (electronic learning/e-electronic) dengan menggunakan fasilitas internet.
Teknologi informasi dan komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu. Sedangkan pengertian lain disebutkan, teknologi informasi dan komunikasi adalah sarana prasarana (hardware, software, useware), sistem dan metode untuk perolehan, pengiriman, penerimaan, pengolahan, penafsiran, penyimpanan, pengorganisasian, dan penggunaan data yang bermakna. Pengertian lain menyebutkan teknologi informasi dan komunikasi dapat dikatakan sebagai ilmu yang diperlukan untuk mengelola informasi agar informasi tersebut dapat dicari dengan mudah dan akurat.
Menurut Darmawan Informasi, Komunikasi dan Teknologi adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi adalah alat yang digunakan untuk mengolah, mentransfer, dan memuat data atau informasi dari perangkat yang satu dengan perangkat yang lainnya.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan Informasi, Komunikasi dan Teknologi adalah seperangkat ilmu, prosedur, program, alat (tool) yang membentuk sebuah sistem tertentu yang dapat memudahkan kerja manusia. Sebagai sebuah sistem, di dalamnya terkandung berbagai perangkat, baik perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan manusia sebagai useware untuk mempelajari dan mengaplikasikannya sesuai dengan tingkat urgensinya
3. Pengertian Anak Disabilitas
Permasalahan anak penyandang Disabilitas akan terus meningkat seiring meningkatnya tekanan dari lingkungan social. Anak penyandang Disabilitas akan terus mengalami keterbatasan karena ada yang salah dengan cara pandang masyarakat terhadap penyandang Disabilitas. Pendapat ini menunjukkan bahwa yang menimbulkan masalah sosial terhadap anak penyandang Disabilitas adalah masyarakat itu sendiri yang menekan dan memberikan keterbatasan terhadap anak penyandang Disabilitas.
Selama ini pandangan masyarakat terhadap penyandang Disabilitas sebagai kaum yang memiliki ketidakmampuan dan keterbatasan fisik ataupun mental, yang selalu menjadi beban, tidak berguna, harus selalu dibantu dan dikasihani. Pandangan masyarakat yang negatif terhadap penyandang Disabilitas disebabkan karena budaya yang masih melekat di masyarakat. Misalnya banyak keluarga yang beranggapan bahwa memiliki anak Disabilitas merupakan sebuah aib sehingga anak mereka hanya di dalam rumah tidak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, tidak mengenyam pendidikan yang tentunya berdampak pada psikis si anak dan masa depannya.
Pendidikan sangat dibutuhkan bagi anak-anak untuk mencapai kesejahteraan sosialnya. Tak terkecuali anak-anak yang kurang beruntung baik dalam segi fisik maupun mental. Namun kenyataan di lapangan, anak-anak yang kurang beruntung dan berkebutuhan khusus menjadi anak yang dapat dikatakan mendapat pengecualian.
Pengertian anak penyandang Disabilitas menurut Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas yang telah disahkan dengan UU No 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas, penyandang Disabilitas termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama di mana ketika berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini dapat menghalangi partisipasi penuh dan efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.
Munculnya istilah penyandang Disabilitas di Indonesia setelah adanya diskusi oleh Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia) yang bertajuk, “ Diskusi Pakar Untuk Memilih Terminologi Pengganti Istilah Penyandang Cacat” pada 19-20 Maret 2010 di Jakarta. Diskusi dihadiri oleh pakar HAM, pakar bahasa, pakar komunikasi, pakar filsafat, pakar psikologi, pakar penyandang cacat, pakar isu rentan, perwakilan kementrian sosial, komisioner Komnas HAM. Hasil diskusi terfokus berhasil menemukan dan menyepakati terminologi penyandang Disabilitas sebagai pengganti istilah Penyandang Cacat.
Anak Disabilitas adalah anak yang mempunyai indeks karakteristik, perkembangan, dan pertumbuhan yang berbeda dengan anak yang tumbuh dengan normal. Dan menurut saya anak Disabilitas adalah manusia yang sempurna, karena tidak hanya memiliki kekurangan, tapi juga kelebihan.
Peraturan perundang-undangan di Indonesia merumuskan pengertian penyandang Disabilitas dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, yang menyatakan bahwa, “Penyandang cacat adalahsetiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan tintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari :
a. Penyandang cacat fisik .
b. Penyandang cacat mental .
c. Penyandang cacat fisik dan mental
Disabilitas menimbulkan dampak terhadap fisik, pendidikan, vokasional maupun ekonomi. Selain itu akibat dari Disabilitas adalah timbulnya masalah psikososial misalnya anak penyandang Disabilitas akan memiliki kecenderungan untuk rendah diri atau sebaliknya menghargai terlalu berlebihan, mudah tersinggung, terkadang agresif, pesimis, sulit mengambil keputusan, menarik diri dari lingkungan, kecemasan berlebihan, ketidakmampuan dalam hubungan dengan orang lain dan ketidakmampuan mengambil peranan sosial. Soewito mengatakan permasalahan anak penyandang Disabilitas dapat dilihat dari empat aspek, yaitu :
a. Aspek yang berasal dari penyandang Disabilitas itu sendiri meliputi (1) hambatan fisik mobilitas, (2) hambatan mental psikologis, (3) hambatan pendidikan,(4) hambatan produktifitas, (5) hambatan sosial ekonomi (6) hambatan fungsi sosial.
b. Aspek dari pihak keluarga meliputi, (1) sikap member perlindungan yang berlebihan yang menghambat perkembangan kemampuan optima, (2) pengetahuan yang rendah, (3) diskriminasi kaarena kurang kesadaran tentang pendidikan bagi anaknya, (4) hal lain seperti malu menampilkan anaknya atau merasa berdosa sehingga terlalu memanjakan.
c. Aspek dari masyarakat, meliputi (1) masyarakat ragu terhadap kemampuan atau potensi para penyandang Disabilitas, (2) bersifat masa bodoh, (3) lemahnya pengelolaan organisasi bidang kecacatan, (4) terbatasnya lapangan pekerjaan penyandang Disabilitas.
d. Aspek dari pemerintah dimana undang-undang penyandang Disabilitas belum dijalankan dengan baik.
Menurut Departemen Sosial, anak penyandang Disabilitas merupakan salah satu kelompok sosial yang di kelompokkan sebagai kelompok yang rawan terhadap masalah – masalah sosial. Hal ini menyebabkankendala tercapainya kesejahteraan sosial bagi anak penyandang Disabilitas. Departemen sosial mengidentifikasikan beberapa hambatan penyandang cacat dalam mencapai kesejahteraan sosial :
a. Memiliki hambatan fisik mobilitas dalam kegiatan sehari – hari.
b. Mengalami hambatan / gangguan mental psikologis yang menyebanak penyandang Disabilitasan rasa rendah diri, mengasingkan diri dan tidak percaya diri.
c. Mengalami hambatan komunikasi dalam kegiatan sehari – hari.
d. Memiliki hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya.
e. Mengalami hambatan / gangguan dalam ketrampilan kerja produktif.
f. Rawan kondisi sosial ekonomi.
Selain itu masih terdapat sikap dari masyarakat yang kurang menguntungkan seperti :
a. Masih adanya sikap ragu-ragu terhadap kemampuan atau potensi anak penyandang Disabilitas.
b. Masih adanya sikap masa bodoh masyarakat terhadap permasalahan anak penyandang Disabilitas.
c. Belum banyak partisipasi masyarakat di dalam menangani permasalahan anak penyandang Disabilitas.
d. Masih lemahnya organisasi sosial yang bergerak di bidang Disabilitas dalam melaksanakan kegiatanya.
e. Masih terbatasnya fasilitas umum yang dapat dipergunakan oleh anak penyandang Disabilitas.
Mencermati permasalahan yang muncul terhadap penyandang Disabilitas diperlukan penanganan atas permasalahan yang timbul sebagai akibat dari Disabilitas yang dialami anak penyandang Disabilitas agar dapat menjalankan peran dan fungsi sosialnya sesuai dengan derajat dan jenis Disabilitas yang dialaminya untuk dapat hidup lebih baik.
Dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat disebutkan bahwa “setiap penyandang cacat mempunyai hak yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan”. Tentunya aspek-aspek tersebut mencakup pula aspek pendidikan yang menjadi kebutuhan semua orang. Terkait dengan peluang untuk memperoleh pendidikan, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional dalam pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pada pasal 5 ayat 2 warga Negara yang mempenyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Penjelasan tentang pendidikan khusus ini disebutkan pada pasal 32 ayat 1, pendidikan merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan. Meskipun demikian pada pasal 51 dijelaskan bahwa anak penyandang cacat fisik dan atau mental diberikan kesempatan bersama dalam aksebilitas dalam memperoleh pendidikan biasa. Pasal ini memberi peluang pada anak yang penyandang cacat fisik (anak kebutuhan khusus) untuk memilih mengikuti pendidikan khusus sebagaimana disebutkan pada pasal 5 ayat 2 atau mengikuti pendidikan sebagaimana anak-anak yang biasa (tidak cacat). Jika ditelusuri sebenarnya persoalan yang sering dijumpai, kendala akses pendidikan bagi anak penyandang Disabilitas ini bukan karena faktor kecacatannya yang disandang, tetapi lebih pada faktor diluar penyandang cacat itu sendiri. Meskipun secara yuridis telah ada peraturan yang mengatur dan memberikan peluang akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ini, tetapi peluang itu belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh penyandang Disabilitas. Untuk mengatasi permasalahan sosial anak Penyandang Disabilitas salah satunya dengan pendidikan di Sekolah Luar Biasa.
4. Sekolah Luar Biasa
Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan formal, khusunya di Indonesia, memiliki sejarah cukup panjang. Lingkungan keluarga dapat dikatakan sebagai titik awal berdirinya lembaga pendidikan. Hal ini ditegaskan oleh Hasbullah yang menyatakan, “lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama, karena dalam keluarga inilah pertama kali mendapatkan bimbingan, tapi semuanya itu bersifat terbatas.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah juga merupakan tempat anak didik mendapatkan pelajaran yang diberikan oleh guru yang berijazah. Tujuannya untuk mempersiapkan anak didik menurut bakat dan kecakapan masing-masing agar mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat. Sedangkan menurut badan pimpinannya, terdapat sekolah pemerintah, sekolah agama dan sekolah swasta.
Pada sistem pendidikan di Indonesia terdapat berbagai macam pendidikan dimana salah satunya pendidikan khusus. Bentuk dari pendidikan khusus seperti Pendidikan Luar Biasa (PLB) dengan bentuk sekolah yang bernama Sekolah Luar Biasa (SLB). Di Indonesia Sekolah Luar Biasa bagi anak yang berkebutuhan khusus baru mendapat perhatian setelah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954 tentang pendidikan dan pengajaran bagi anak berkelainan dan wajib belajar bagi tunanetra, maka SLB yang diselenggarakan sangat pesat. Sekolah Luar Biasa secara umum dibebani tugas untuk melayani beberapa atau semua jenis ketunaan seperti tunanetra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, dan tuna ganda.
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan lembaga pendidikan formal yang diperuntukkan untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus atau yang biasa dikenal dengan penyandang cacat atau bisa kita sebut Anak Disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus.
Dapat saya simpulkan bahwa media pembelajaran PAI berbasis Informasi, Komunikasi dan teknologi adalah metode pembalajaran PAI yang didorong oleh perkembangan zaman sehingga dapat menggunakan media teknologi untuk membuat pembelajaran PAI lebih menarik bagi anak disabilitas..
B. Deskripsi Konseptual Subfokus
1. Implementasi Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi
Pendidikan menggambarkan interaksi pendidik dengan peserta didik guna mencapai visi pendidikan yang berlangsung dalam lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan yang dilaksanakan pada dasarnya semua sama, yakni memberi bimbingan agar peserta didik dapat hidup mandiri sehingga dapat melanjutkan dan melestarikan tradisi serta nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Melalui pendidikan yang terprogram dan terkelola dengan baik dan intensif, titik optimum usaha pendidikan akan terwujud. Pendidikan dikatakan berhasil apabila mampu mengubah tingkah laku manusia ke arah yang positif.
Pada perkembangannya pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PAI khususnya di lembaga pendidikan formal hanya bersifat operasional dan teknis sehingga materi pembelajaran PAI mengalami involusi atau penyampaian materi PAI bersifat statis dan monoton. Mestinya pendekatan, strategi, dan metode PAI harus saling berkaitan dengan visi, materi, kurikulum, sarana-prasarana, dan evaluasi pendidikan agar mendapatkan kualitas yang optimal, sehingga pembelajaran PAI yang dilakukan di lembaga pendidikan formal maupun nonformal mampu memberikan landasan teoritik mengenai konsep PAI sehingga pembelajaran PAI mengalami perkembangan dan transformasi ke arah yang lebih baik. Model berpikir metodik inilah yang akan melahirkan perubahan pemikiran PAI ke dalam konteks postmodernitas yang dapat mengembangkan dan memajukan bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan pada umumnya dan PAI pada khususnya.
Gagasan belajar aktif sudah ada sejak lama dikenalkan oleh Konfucius. Hal ini sebagaimana yang telah dikutip oleh Melvin L. Siberman dengan pernyataan sederhana sebagai berikut: Apa yang aku dengar, aku lupa. Apa yang aku lihat, aku ingat. Apa yang aku lakukan, aku paham. Ungkapan sederhana tersebut dikembangkan oleh Melvin L. Siberman sebagai konsep dalam pembelajaran aktif, sebagai berikut: Apa yang aku dengar, aku lupa. Apa yang aku dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan teman atau kolega, aku mulai paham. Apa yang aku dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, aku memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang aku ajarkan pada orang lain, aku menguasainya.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan komponen yang merupakan kekhususan PAI yaitu PAI merupakan panduan, latihan, bimbingan dan pembelajaran, secara sadar yang diberikan guru kepada peserta didik, proses pemberian bimbingan dilaksanakan seseorang pendidik secara terstruktur, berkelanjutan dan berlangsung tahap demi tahap sesuai dengan perkembangan maturitas peserta didik, tujuan pemberian supaya peserta didik menjalani kehidupannya dijiwai oleh ajaran agama Islam, dan dalam implementasi pemberian pengajaran tidak terlepas dari supervisi sebagai instrument atau alat dalam proses evaluasi.
Pembelajaran seringkali dibayangkan dengan hal-hal yang membosankan ataupun suatu hal menakutkan. Hal ini menjadi tugas pendidik dalam mengupayakan pembelajaran menjadi suatu hal yang menarik dan mudah diterima oleh peserta didik. Adanya strategi yang baik, proses pembelajaran juga diharapkan berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang optimal. Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, guru sebagai fasilitator harus mampu untuk mengembangkan kondisi belajar yang sesuai dengan keadaan agar mampu menciptakan suasana yang mendukung para peserta didik untuk berkontribusi aktif dalam proses pembelajaran PAI. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil atau prestasi belajar peserta didik dapat dibagi menjadi lima macam, yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik.
3. Model pembelajaran yakni jenis usaha belajar peserta didik yang meliputi pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan mempelajari dan memahami materi-materi pelajaran.
4. Media pembelajaran meliputi media cetak, audio visual, berbasis komputer, dan multimedia.
5. Pengalaman belajar meliputi pengalaman abstrak (simbolis), pengalaman pictoral/gambar (iconic) dan pengalaman langsung (enactive).
2. Respon Siswa Terhadap Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat dari waktu ke waktu. Dalam dunia pendidikan, seorang pendidik di tuntut untuk melakukan upaya-upaya pembaharuan terkait pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu upaya pemanfaatan teknologi dalam proses belajar adalah pengembangan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Media dalam proses pembelajaran dapat berupa software dan hardware yang merupakan bagian kecil dari teknologi pembelajaran yang harus diciptakan atau dikembangkan, digunakan dan dikelola untuk kebutuhan pembelajaran dalam mencapai efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran (Arsyad, 2014). Menurut Sakat pembelajaran yang menggunakan media teknologi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran. Salah satu pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran adalah menggunakan perangkat android. Selain digunakan sebagai alat komunikasi, perangkat android juga berpotensi dikembangkan sebagai media pembelajaran interaktif yang bermanfaat bagi peserta didik.
Teknologi yang terintegrasi pada pembelajaran merupakan salah satu strategi pencapaian tujuan pembelajaran, karena teknologi bukan lagi dianggap sebagai sesuatu yang baru. Informasi ini sesuai kenyataan bahwa penggunaan perangkat mobile (smartphone, PDA atau tablet) sudah tidak asing lagi di kalangan peserta didik. Smartphone yang menjadi tren masa kini yang berkembang sangat pesat adalah android, sehingga pengembangan media pembelajaran menggunakan android ini cukup menjanjikan.
Pengembangan media pembelajaran menggunakan kecanggihan teknologi sangatlah pesat. Hampir semua mata pelajaran mengimplementasikan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Media pembelajaran yang dikembangkan berupa aplikasi pada perangkat smartphone dengan sistem operasi android. Media tersebut di validasi menggunakan instrument alpha test menunjukkan bahwa media pembelajaran sangat baik dan dapat di gunakan. Namun belum di ukur respon siswa terkait media pembelajaran tersebut.
Pembelajaran yang menarik membuat siswa lebih senang dan mudah menyerap ilmu yang terlihat dari respon siswa selama proses pembelajaran. Respon siswa merupakan reaksi sosial yang dilakukan siswa dalam menanggapi pengaruh atau rangsangan dari situasi yang dilakukan orang lain. Sebagai seorang pendidik sangatlah penting untuk mengetahui respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidik diharapkan memahami cara berpikir siswa dan mampu mengarahkan siswa untuk mengubah cara berpikir yang baik dan benar. Sehingga pendidik akan mengetahui letak kesalahan yang dilakukan siswa. Kesalahan tersebut dapat dijadikan sumber informasi belajar siswa agar tidak terulang kembali. Sehingga siswa akan memiliki pemahaman yang lebih baik.
C. Relevansi Fokus dan Subfokus
Penelitian ini di fokuskan pada Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi bagi anak Disabilitas. Sedangkan Subfokusnya ialah Implementasi dan Respon Anak Disabilitas Terhadap Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi. Kedua hal tersebut sangat berpengaruh keefektivitasan guru dan anak disabilitas dalam proses belajar mengajar menggunakan media yang beriringan dengan zaman.
Dalam hal tersebut sudah jelas bahwa Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi sangat membantu kefektivitasan guru dan anak Disabilitas dalam proses belajar mengajar menggunakan media yang semakin lama semakin berkembang ini. Agar Pembelajaran PAI menggunakan Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi ini tercapai maka harus dilakukan dengan cara yang menarik sehingga anak mampu untuk mengikuti dan merespon dengan fun pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi ini.
D. Relevansi Penelitian
Peneliti mengemukakan hasil penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian yang dilaksanakan. Hasil penelitian yang relevan dimaksudkan untuk menunjukkan posisi penelitian yang dilakukan di antara penelitian-penelitian yang berkaitan yang pernah dilakukan. Adapun penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan seperti halnya yang dilakukan oleh:
1. Bedasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Haslindah, tahun 2019 dengan judul “Metode Pembinaan Anak Disabilitas dalam Meningkatkan Aksebilitas Sosial Disekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Gowa”. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam hal Metode Pembinaan Anak Disabilitas dalam Meningkatkan Aksebilitas Sosialnya. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian saya ialah dari segi tujuan dan metode, yang mana tujuan penelitian ini ialah lebih kepada metode dan tujuan penelitian saya lebih kepada analisi tentang implementasi media pembelajaran pai berbasis informasi, komunikasi dan teknologi.
2. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Yeni Widiyawati, tahun 2017 dengan judul “Pemanfaatan Media Pembelajaran IPA Bagi Peserta Didik Dengan Visual Impairment Di SLB”. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan pembelajaran menggunakan media Visual sangatlah penting untuk anak disabilitas, karena sangat membantu untuk menunjang keberhasilan anak dalam belajar. Hampir sama betul dengan penelitian saya, hanya saja beda di mata pelajaran dan tujuan dari dibuatnya penelitian ini.
3. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Hikmatunazilah, tahun 2020 dengan judul “Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Teknologi Informasi”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bagaimana penerapan dan media apa saja yang digunakan untuk pembelajaran Pendidikan agama islam berbasis teknologi dan informasi ini. Hampir tiada perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang saya buat, hanya saja penelitian ini lebih umum, dan penelitian saya lebih khusus, khusus kepada anak disabilitas.
4. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Agus Setiawan, pada tahun 2019 dengan judul ”Merancang Media Pembelajaran PAI di Sekolah”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pentingnnya Menyusun konsep atau rancangan pembelajaran PAI di Sekolah. Karena bagaimanapun, sebuah rancangan sangat perlu dan dianggap penting untuk melakukan sebuah kegiatan. Ada beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian saya, diantaranya adalah rancangan, implementasi dan respon, artinya terdapat perbedaan di rumusan masalah.
Terdapat relevansi dengan penelitian diatas, karena sama-sama mengarah kepada efektivitas dan keberhasilan anak disabilitas dalam belajar menggunakan media pembelajaran Pai berbasis informasi, komunikasi dan teknologi. Selain itu, persamaan lainnya terdapat pada metode yang digunakan, yaitu metode kualitatif, dan teknik pengumpulan data yang diperoleh juga sama, yaitu menggunakan observasi dan dokumentasi .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif. Sebagaimana pendekatan Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perpepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dengan cara deskriptif. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek, kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta.
Adapun jenis penelitian ini adalah studi kasus sehingga penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam mengenai suatu hal menurut pandang manusi yang diteliti. Menurut Sugiyono metode deskriptif kualitatif adalah
metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat post positivisme
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian deskriptif
kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan,
menerangkan, menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan
yang akan diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang
individu, suatu kelompok atau suatu kejadian. Dalam penelitian
kualitatifmanusia merupakan instrumen penelitian dan hasil penulisannya
berupa kata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
B. Subjek dan Lokasi Penelitian
a) Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua hal yang menjadi sumber data atau informasi di dalam penelitian. Subjek penelitian yaitu Siswa sebagai informan utama. Informan pendukung yaitu Guru Skh Korpri.
b) Lokasi Penelitian
Sedangkan lokasi Sekolah Khusus yang berada di Sekolah Khusus (SKh) KORPRI Pandeglang. Beralamat di Jln. Ciwasiat No. 23 Pandeglang RT 01/12, kelurahan Pandeglang, kecamatan Pandeglang, provinsi Banten.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data dari penelitian haruslah berdasarkan fakta dan data yang konkret, baik secara langsung di lapangan maupun tidak langsung. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Guru Skh Korpri-Pandeglang.
Data yang diambil adalah data yang berkaitan dengan pelaksanaan penggunaan media pembelajaran Pai berbasis informasi, komunikasi dan teknologi di Skh Korpri-Pandeglang. Hal yang dilakukan untuk mengetahui informasi maka dibutuhkan sumber data yang sesuai dan berkaitan dengan data yang dibutuhkan, untuk memperoleh jawaban dan menguatkan permasalaan yang dikaji.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, prosedur atau teknik pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, observasi dipilih sebagai alat karena peneliti dapat melihat, mendengar, atau merasakan secara langsung informasi yang ada. Pada bagian ini peneliti datang langsung ke sekolah untuk memperoleh data seperti bagaimana implementasi media pembelajaran Pai berbasis informasi, komunikasi dan teknologi di sekolah khusus korpri-Pandeglang.
2. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan yaitu mengajukan sejumlah pertanyaan secara langsung kepada responden untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Teknik wawancara yang dilakukan yaitu wawancara semi-terstruktur untuk mendapatkan data respon siswa terhadap media pembelajaran PAI berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data-data berupa catatan tertulis yang telah ada atau telah dipublikasikan seperti webside Skh Korpri-Pandeglang, profil sekolah, dan data-data lain yang mendukung dalam penelitian ini. Adapun peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi untuk mencatat kejadian-kejadian dan mengambil gambar dalam pelaksanaan wawancara kepada narasumber dan pelaksanaan pembelajaran peserta didik dari rumah. Data-data tersebut digunakan untuk mendukung kevalidan data sehingga menambah keakuratan data. Selanjutnya data disusun dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami, dan hasil temuannya dapat dijadikan sebagai informasi bagi orang lain.
Pengelolaan data atau analisis data merupakan tahap yang penting dan menentukan, karena pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang diinginkan dalam penelitian. Analisis data adalah salah satu langkah penting untuk mengolah data untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Data yang dianalisis dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif dan analisis data inferensi.
1. untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul, untuk diambil kesimpulannya.
2. Analisis data inferensi merupakan analisis tingkat lanjut setelah analisis dskriptif, berupa metode analisis dengan membuat inferensi terhadap sekumpulan data yang berasal dari suatu sampel. Metode ini seperti melakukan pengambilan keputusan dari dua variabel atau lebih. Metode ini bertujuan untuk mengolah dan memudahkan data, guna mencari analisis hubungan, pengaruh, perbedaan antar variabel.
F . Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ada tiga tahap yaitu: tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Tahap pra-lapangan Tahap ini meliputi penyusunan rancangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki lapangan, menilai lapangan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
2) Tahap pekerjaan lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi di Skh Korpri-Pandeglang. Data yang telah ada diperoleh dengan observasi dan dokumentasi.
3) Tahap analisis data, pada tahap ini peneliti menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi tentang Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas Disekolah Khusus Korpri-Pandeglang. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data agar data yang didapat benarbenar valid.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
1. Profil Skh Korpri-Pandeglang
Sekolah berkebutuhan khusus ini bernama Sekolah Khusus (SKh) KORPRI Pandeglang. Beralamat di Jln. Ciwasiat No. 23 Pandeglang RT 01/12, kelurahan Pandeglang, kecamatan Pandeglang, provinsi Banten.
Pada awalnya sekolah ini diberi nama Sekolah Luar Biasa (SLB) Pandeglang yang berdiri pada tanggal 19 November 1990 yang dipimpin oleh Hj. Rita Novitasari sebagai pendiri pertama. sekolah ini melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus tunarungu di wilayah kota Pandeglang provinsi Banten. Karena pada saat itu sekolah untuk anak berkebutuhan khusus belum memiliki gedung sendiri, maka proses belajar mengajar dilakukan di beberapa tempat seperti di SDN 19 Pandeglang yang berlangsung selama empat tahun, kemudian proses belajar mengajardialihkan ke Dinas Kecamatan.
Sampai akhirnya sekolah yang melayani anak-anak berkebutuhan khusus ini mendapat kesempatan untuk bisa memiliki gedung sendiri. Sambil menunggu pembangunan selesai, maka pihak yayasan KORPRI Pandeglang memberikan tempat sementara kepada anak-anak agar tetap bisa mengikuti kegiatan belajar dengan normal yang dimulai pada tahun 1994 sampai tahun 2002. Setelah pembangunan selesai, maka gedung sekolah yang berlokasi di jalan Ciwasiat ini mulai bisa digunakan. Kemudian pada tahun 2010, sekolah ini resmi menjadi Sekolah Khusus (SKh) KORPRI Pandeglang.
Kini sekolah ini mampu berkembang dengan baik. Jumlah siswa pada tahun 2021/2022 berjumlah 69 yang terdiri dari siswa tunarungu, tunagrahita, tunalaras, tunadaksa, tunanetra dan autis. Seluruh siswa dibimbing oleh 12 guru yang masing-masing memiliki latar belakang pendidikan. Dengan adanya tenaga pendidik yang mendukung dalam proses pembelajaran, Sekolah Khusus (SKh) KORPRI telah banyak mendapat prestasi baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional. Di sekolah ini terdapat jenjang pendidikan Sekolah Dasar Khusus (SDKh), Sekolah Menengah Pertama Khusus (SMPKh) dan Sekolah Menengah Atas Khusus (SMAKh).
Tabel 4.1
Identitas Sekolah Khusus (SKh) KORPRI Pandeglang
NO IDENTITAS SEKOLAH
1 Nama Sekolah : Skh KORPRI Pandeglang
2 N.I.S :
-SDLB : 108710
-SMPLB : 201660
-SMALB : 300340
3 N.S.S :
-SDLB : 10.2.28.01.01.053
-SMPLB : 20.2.28.01.01.16.6
-SMALB : 30.2.28.01.01.034
4 NPSN : 20600450
5 Provinsi : BANTEN
6 Otonomi : KABUPATEN PANDEGLANG
7 Kecamatan : PANDEGLANG
8 Desa/Kelurahan : PANDEGLANG
9 Alamat Lengkap : JL. Ciwasiat, No.23 Pandeglang, Rt.01/12
10 Kode Pos : 42213
11 Telepon : 0253-201225
12 Email : skhkorpripandeglang@yahoo.co.id
13 Faximile : 0253-201225
14 Daerah : PERKOTAAN
15 Status Sekolah : SWASTA
16 Kelompok Sekolah : INTI
17 Akreditasi : B
18 Ijin Operasional/SK Nomor : 570/7/OPSK/DPMPTSP/X/2020
Tgl:15 Oktober 2020
19 Penerbit SK (Ditandatangani Oleh) : Kepala DPMPTSP Provinsi Banten
20 Tahun Berdiri : 1990
21 Tahun Perubahan : 2010
22 Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
23 Status Tanah : MILIK SENDIRI
24 Status Gedung Sekolah : MILIK SENDIRI
25 Luas Tanah : 1574 M2
26 Luas Bangunan : 400 M2
27 Jarak Kepusat kecamatan : 1 KM
28 Jarak Kepusat Otonomi Daerah : 0,5 KM
29 Terletak Pada Lintasan : KECAMATAN
30 Jumlah Keanggotaan Rayon :
31 Organisasi Penyelenggara : Organisasi Yayasan korprikabupatenpandeglang
32 Perjalanan/Perubahan Sekolah :
2. Visi Misi dan Tujuan
a. Visi
Mengoptimalkan potensi anak berkebutuhan khusus menjadi insan yang berkarakter, terampil dan mandiri serta dapat berpartisispasi di masyarakat.
b. Misi
1) Memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kekhususannya.
2) Mengembangkan potensi anak berkebutuhan khusus dalam bidang seni, olah raga dan keterampilan.
3) Mengembangkan pendidikan kewirausahaan.
c. Tujuan
1) Mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
2) Mengembangkan potensi siswa agar menjadi siswa yang beriman dan bertaqwa, berilmu serta mandiri.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Skh Korpri-Pandeglang adalah sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH KHUSUS (SKh) KORPRI PANDEGLANG
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah suatu yang dapat memperlancar terlaksanakannya progam pendidikan atau dapat dikatakan sebagai faktor pendukung demi kelancaran dalam proses pembelajaran dan tercapainnya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Tabel 4.2
Sarana dan Prasarana Sekolah Khusus (SKh) KORPRI
No Sarana Prasarana Ada Tidak Ada Jumlah Kekurangan
1 Lahan √
2 Jalan √
3 Ruang Kelas √ 10
4 Ruang Kepala Sekolah √
5 Ruang Guru √
6 Ruang Praktek √
7 Ruang Perpustakaan √
8 Ruang BK √
9 Ruang OSIS √
10 Lapangan Olahraga √
11 Lapangan Upacara √
12 Instalasi Air √
13 Tempat Ibadah √
14 Jaringan Internet √
15 Laboratorium Komputer √
16 Instalasi Listrik √
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Data dari hasil penelitian ini didapatkan melalui teknik observasi dan dokumentasi untuk memperoleh data dari pada guru disekolah. Semua data hasil penelitian ini diuraikan berdasarkan fokus penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan terkait dengan Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi yang didapat melalui observasi kepada berbagai sumber, yaitu dengan Guru kelas.
Diperoleh hasil tahapan-tahapan yang dilakukan oleh guru dalam menggunakan media pembelajaran PAI berbasis informasi, komunikasi dan teknologi bagi anak disabilitas adalah sebagai berikut:
1. Implementasi Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi bagi anak Disabilitas
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, implementasi media pembelajaran Pai berbasis informasi, komunikasi dan teknologi yaitu guru berupaya menyampaikan pembelajaran PAI berbasis informasi, komunikasi dan teknologi beserta memudahkan para guru untuk menyampaikan materi kepada murid.
Pembelajaran melalui media berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ini berbeda dengan pembelajaran biasanya. Dalam pembelajaran melalui media berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ini siswa bisa belajar lebih fun. Adapun karakteristik dari media pembelajaran Pai berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ialah :
a. Menggambarkan kemampuan media dalam merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekontruksikan sebuah materi. Hebatnya teknologi membuat semua manusia menjadi lebih mudah dalam melaksanakan aktivitasnya, terlebih dalam dunia Pendidikan. Karena bagaimanapun kita harus mengikuti perkembangan zaman, dimana semua serba teknologi.
b. Media visual yang tidak diproyeksikan gambar mati atau gambar diam, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram dan berbagai jenis papan.
c. Media visual yang diproyeksikan slide film.
Media inilah yang biasa digunakan oleh guru-guru dalam menyampaikan materi kepada murid-murid disekolah. Karena tinggal hanya merangkum point per point nya saja dan ditambah dengan audio agar semua kategori penyakit anak bisa menyimak dan menerima materinya.
d. Media audio visual
Seperti yang biasa anak-anak senangi dalam dunia teknologi, bahwasanya media audio visual inilah yang lebih umum anak-anak lihat Ketika dirumah, salah satunya via youtube. Banyak sekali audio visual di youtube yang bisa digunakan untuk belajar anak.
e. Aplikasi whatsaap.
Dalam penelitian kali ini, aplikasi whatsaap digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan dan menerima informasi dari guru kepada wali murid dan begitupun sebaliknya. Karena aplikasi whatsaap inilah aplikasi yang lebih tepat digunakan oleh guru-guru dan wali murid.
Sebagaiman hasil observasi di Sekolah Khusus Korpri, ada beberapa point yang diambil, diantara : 1) kompetensi PAI guru, 2) kompetensi komputer guru, dan 3) jaringan internet.
1. Kompetensi PAI Guru
a. Definisi Umum
Meski guru sudah berusaha sebaik mungkin, tak jarang ditemukan kritik atas kinerjanya. Tentunya guru sudah berniat dari awal untuk bekerja secara profesional dan menjadi guru yang kompeten. Namun, bisa jadi terdapat beberapa hal yang terlewati sehingga mempengaruhi kinerja guru.
Namun tak perlu khawatir, agar tujuan awal bisa tercapai, guru dapat mengikuti aturan yang dibuat oleh pemerintah. Khususnya pada Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005, dimana guru dan dosen pada ayat 10 1 disebutkan bahwa "Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
b. Deskripsi Bagian
Disekolah khusus korpri ini terdapat 6 kategori ketunaan, diantaranya :
1) Tunarungu
2) Tunagrahita
3) Tunalaras
4) Tunadaksa
5) Tunanetra, dan
6) Autis
Dari keenaam penyandang tersebut, tentu ada enam pula guru yang memegang kelas permasing-masing ketunaannya tersebut, Adapun nama guru-guru nya adalah:
1) Fitri Rachmawati, S.Pd. (Tersertifikasi)
2) Fikra Mardianah, S.Pd.I (Tersertifikasi)
3) Haryati, S.Pd.I (Belum tersertifikasi)
4) Nining Komariah, S.Pd (tersertifikasi)
5) Ifah Latifah, S.Pd.Sd (Belum tersertifikasi)
6) Kusnadi, S.T (Tersertifikasi)
Ke-enam background guru-guru tersebut, ternyata tidak ada satupun yang lulusan dari Pendidikan agama islam, namun guru-guru di SKh Korpri ini tentu mempunyai talenta dan kompetensi yang mumpuni, dibuktikan dengan tersertifikasinya para guru-guru disana, sehingga para murid mampu belajar dengan nyaman, tenang dan happy fun.
c. Deskripsi Manfaat
Pentingnya tenaga pendidik sesuai dengan background nya masing-masing itu untuk mempermudah proses tranfers ilmu kepada para siswa, namun tidak dapat dipungkiri, seiring perkembangan jaman para calon tenaga pendidik ini semakin kesini semakin mulai minatnya untuk mengambil jurusan PAI ini. Tapi itulah hebatnya guru, harus siap dan mampu dikala memegang pelajaran apapun itu.
2. Pola Komunikasi
a. Definisi Umum
Setiap anak mempunya kelebihannya masing-masing, begitupun dengan anak disabilitas. Betapa banyaknya tuhan memberikan potensi kepada setiap makhluknya. Di Sekolah Khusus Korpri tidak hanya fokus pada pembelajaran pokok, tapi juga ada pembelajaran yang disesuaikan dengan minat dan bakat anak disabilitas tersebut, misal anak tersebut memiliki potensi dibidang computer dan menjahit, maka dilakukanlah pembelajaran tersebut, untuk berkembangnya potensi keahlian anak tersebut.
b. Deskripsi Bagian
Ada banyak cara guru di Skh Korpri ini dalam berkomunikasi dengan murid-muridnya, diantaranya dengan diawali menggunakan metode ceramah, pendekatan emosional, lalu permainan dan membuat pertanyaan yang diakhiri dengan memberikan reward kepada pemenang atau bagi yang bisa menjawab dengan benar.
c. Deskripsi Manfaat
Semakin pandai guru mencari dan menggunakan cara yang fun kepada murid di Skh Korpri, maka semakin tertarik pula para murid untuk belajar Pendidikan PAI ini. Pak kusnadi pernah mengatakan “bahwa kita mengajar anak disabilitas diumur 10 tahun sama dengan mengajar anak normal biasa 5tahun, artinya betapa harus kuat dan sabarnya para guru untuk mendidik anak-anak disabilitas ini”.
3. Jaringan internet
a. Deskripsi Umum
Internet merupakan sebuah jaringan komunikasi global yang menghubungkan komputer dan jaringan komputer di seluruh dunia. Singkatan dari Interconnected Network ini memungkinkan kamu untuk berbagi informasi dan berkomunikasi dari mana saja dan dengan siapa saja. Selain itu, ada juga yang mendefinisikan internet sebagai International Network, di mana semua tipe dan jenis komputer yang ada di seluruh dunia bisa terhubung dengan memakai tipe komunikasi seperti telepon, satelit, dan lain sebagainya. Bisa dikatakan, internet merupakan konsep jaringan yang sangat luas dan bisa digunakan secara internasional. Selain itu, internet juga melibatkan berbagai jenis komputer dan topologi jaringan yang berbeda-beda.
b. Deskripsi Bagian
Jaringan internet di Sekolah Khusus Korpri terbilang sangat baik, dikarenakan lokasi yang sangat dekat dengan pusat kota dan ditambah pengguna yang tidak terlalu banyak.
c. Deskripsi Manfaat
Sudah seharusnya setiap Lembaga Pendidikan mempunya jaringan internet sendiri (wifi), karena memfasilitasi guru-guru, staff TU dan para murid untuk melaksanakan tugasnya masing-masing disekolah.
2. Respon Siswa Terhadap Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi
Media dalam proses pembelajaran dapat berupa software dan hardware yang merupakan bagian kecil dari teknologi pembelajaran yang harus diciptakan atau dikembangkan, digunakan dan dikelola untuk kebutuhan pembelajaran dalam mencapai efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran (Arsyad, 2014). Menurut Sakat (2012), pembelajaran yang menggunakan media teknologi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran. Salah satu pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran adalah menggunakan perangkat android. Selain digunakan sebagai alat komunikasi, perangkat android juga berpotensi dikembangkan sebagai media pembelajaran interaktif yang bermanfaat bagi peserta didik.
Teknologi yang terintegrasi pada pembelajaran merupakan salah satu strategi pencapaian tujuan pembelajaran, karena teknologi bukan lagi dianggap sebagai sesuatu yang baru. Informasi ini sesuai kenyataan bahwa penggunaan perangkat mobile (smartphone atau tablet) sudah tidak asing lagi di kalangan peserta didik. Kebanyakan peserta didik SMA memiliki handphone yang memiliki fitur yang lebih up to date. Smartphone yang menjadi tren masa kini yang berkembang sangat pesat adalah android, sehingga pengembangan media pembelajaran menggunakan android ini cukup menjanjikan.
Sebagaiman hasil observasi di Sekolah Khusus Korpri, ada beberapa point yang diambil, diantara : 1) Pola Komunikasi, dan 2) Pemahaman Siswa.
1. Pola Komunikasi
a. Deskripsi Umum
Seorang anak tentu memerlukan Pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Pola komunikasi siswa sangat menunjang keberhasilan pengetahuan dalam belajar.
b. Deskripsi Bagian
Pola komunikasi anak berkebutuhan khusus tentu sama dengan pola komunikasi lainnya. Hanya saja menghadapi mereka harus lebih ekstra lagi, dimana salah satu guru disana mengatakan “umur 10 tahun sama diibaratkan umur 5 tahun”, artinya kepedulian dan kasih sayang ketika mendidik mereka harus lebih ekstra lagi.
c. Deskripsi Manfaat
Pertumbuhan anak adalah masa dimana membutuhkan pola komunikasi yang baik, lingkungan sekolah adalah salah satu tempat yang didalamnya terdapat pola komunikasi yang baik. Maka dari itu, salah satu pilihan yang tepat ketika anak disabilitas disekolah luar biasa.
2. Pemahaman Siswa
a. Deskripsi Umum
Pemahaman siswa ialah kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Tingkat pemahaman siswa dibagi menjadi 3 kategori : Rendah, Menengah dan Tinggi. Tingkat Rendah ialah pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya semisal, Bahasa asing dan Bahasa Indonesia. Tingkat Menengah ialah pemahaman yang memiliki penafsiran, yakkni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau peristiwa. Tingkat Tinggi ialah pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang diharapkan seseorang mampu melihat dibalik, yang tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalahnya.
b. Deskripsi Bagian
Perihal pemahaman siswa, tentu ada beberapa prinsip yang nanti akan didapat setelah observasi. Diantaranya tingkatan-tingkatan pemahaman siswa. Sebagaimana dijabarkan sebagai berikut :1) tertarik, 2) mengemukakan, 3) menumbuhkan dan menguatkan rasa percaya diri, 4) kepuasan.
c.. Deskripsi Manfaat
Dengan adanya tingkatan-tingkatan pemahaman siswa, maka akan mempermudah guru-guru untuk memahami titik pemahaman siswa sudah sampai mana.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Skh Korpri Pandeglang adalah sekolah yang terletak di pusat perkotaan di pandeglang, dan sekolah ini adalah sekolah swasta yang menerapkan pembelajaran menggunakan media berbasis informasi, komunikasi dan teknologi. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran sudah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, dan untuk mencapai tujuan yang diinginkan diperlukan suatu model pembelajaran. Implementasi pembelajaran yang digunakan Skh Korpri Pandeglang yaitu melalui pembelajaran ( berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ). Oleh karena itu kepala sekolah dan guru memanfaatkan teknologi yang ada supaya pembelajaran lebih efektif dan mengikuti perkembangan zaman.
Dengan adanya pembelajaran PAI menggunakan media berbasis teknologi, komunikasi dan teknologi, guru memerlukan persiapan yang matang,untuk beberapa waktu dalam mempelajari pembuatan video atau slide power point agar terbiasa dalam melakukan pembelajaran.
Dalam pembelajaran pendidikan agama islam dengan menggunakan media berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ini sangat membantu guru. Karena guru tidak perlu lagi menjelaskan banyak materi sehingga dapat menghabiskan waktu saat pembelajaran berlangsung. Dengan pembelajaran melalui media berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ini guru akan melakukan pembukaan dengan memberi salam dan melakukan absensi siswa yang dilakukan di awal dan di akhir pembelajaran. Guru memberikan materi ajarnya berupa audio, slide ataupun video yang ditayangkan melalui proyektor ketika pembelajaran dimulai sehingga siswa bisa mendengar, menyimak dan melihat pembelajarannya berlangsung, lalu guru menjelaskannya dan siswa menyimaknya. setelah itu guru membuka sesi diskusi supaya siswa menanyakan materi yang belum dipahaminya. Guru juga memberikan tugas kepada siswa lalu menutup pembelajraran dengan mengapresiasi siswa dan mengucapkan salam. Dengan sepeti itu guru tidak akan kesulitan dalam menyampaikan materi pada saat pembelajaran. Dalam penggunaan media berbasis informasi, komunikasi dan teknologi sebagai media pembelajaran guru juga melakukan evaluasi terhadap siswa, penilaian yang dilakukan berupa penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.
penggunaan media berbasis informasi, komunikasi dan teknologi dalam pembelajaran ini terbukti dapat membantu proses penyampaian informasi dari materi yang akan dipelajari. Media ini menjadi sarana dalam kegiatan belajar, dapat meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Sebelumnya sekolah menerapkan proses pembelajaran seperti biasa, karena dirasa kurang efektif dan murid sedikit sulit untuk menangkap materi. Oleh karena itu kepala sekolah mengambil solusi dengan memanfaatkan penggunaan media pembelajaran Pai berbasis informasi, komunikasi dan teknologi sebagai media pembelajaran disekolah ini untuk meningkatkan pembelajaran ini.
Dalam penerapan pembelajaran media berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ini juga mengalami kendala baik guru maupun siswa. Kendala yang dihadapi oleh guru yaitu ketika adanya trouble pada laptop ataupun proyektor, sehingga menghambat pembelajaran berlangsung. Sedangkan kendala yang dialami oleh siswa yaitu dengan beraneka kategori jenis penyakit yang diderita murid, kemungkinan murid tidak semuanya akan faham dengan apa yang mereka simak, tonton dan dengar.
1. Implementasi Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi Bagi Anak Disabilitas
Ada 4 kriteria dari hasil observasi kali ini, diantaranya adalah :
a. Baik sekali
1) Tenaga pendidik berlatar belakang, yaitu jurusan Pendidikan Agama Islam dan Tersertifikasi
2) Menyampaikan, Mendemonstrasikan dan Memotivasi murid sehingga semangat belajar
3) Menggunakan wifi dan tidak pernah ada gangguan walau banyak pengguna, karena menggunakan bandwich yang relative besar
Untuk kriteria Baik Sekali, peneliti memberikan point 100.
b. Baik
1) Tenaga pendidik lulusan Pendidikan Agama Islam (S1)
2) Menyampaikan dan Mendemonstrasikan
3) Menggunakan wifi namun jika banyak pengguna akan lambat karena menggunakan bandwich yang ukuran terlalu kecil
Untuk kriteria Baik, peneliti memberikan point 85.
c. Cukup
1) Tenaga pendidik tidak berlatar belakang PAI, akan tetapi telah tersertifikasi
2) Menyampaikan dengan nyaman dan fun, sehingga anak mampu menyimak dengan cermat
3) Menggunakan data internet pribadi (kuota internet), dan sinyal dilokasi sekolah mendukung
Untuk kriteria Cukup, penelitii memberikan point 65.
d. Kurang
1) Tenaga pendidik bukan dari lulusan PAI dan belum tersertifikasi
2) Guru menyampaikan saja, tanpa memperdulikan murid faham materi atau tidak
3) Menggunakan data internet pribadi (kuota internet) namun sinyal dilokasi tersebut tidak mendukung
Adapun untuk kriteria Kurang, peneliti hanya memberikan point 50.
Dari keempat point diatas, ada 6 guru PAI yang diteliti, diantaranya adalah :
Data kompetensi PAI Guru
Table. 4.3
NO NAMA GURU LULUSAN PAI+SERTIFIKASI LULUSAN PAI BUKAN LULUSAN PAI NAMUN TERSERTIFIKASI BUKAN LULUSAN PAI DAN BELUM TERSERTIFIKASI
1 FITRI RACHMAWATI S.Pd √
2 FIKRA MARDIANAH S.Pd.I √
3 HARYATI S.Pd.I √
4 NINING KOMARIAH S.Pd √
5 IFAH LATHIFAH S.Pd.SD √
6 KUSNADI S.T √
Skor Perolehan =360
Skor Maksimal = 600
Nilai=360:600x100 = 60%
Data Pola Komunikasi Guru
Table. 4.4
NO NAMA GURU menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi menyampaikan dan mendemonstrasikan menyampaikan dengan jelas dan menarik menyampaikan dengan jelas
1 FITRI RACHMAWATI S.Pd √
2 FIKRA MARDIANAH S.Pd.I √
3 HARYATI S.Pd.I √
4 NINING KOMARIAH S.Pd √
5 IFAH LATHIFAH S.Pd.SD √
6 KUSNADI S.T √
Skor Perolehan =600
Skor Maksimal = 600
Nilai=600:600x100 = 100%
Data Jaringan Di Skh Korpri Pandeglang
Table. 4.5
NO NAMA GURU Wifi dengan Bandwich memadai Wifi dengan Bandwich kecil Internet pribadi & jaringan memadai Internet pribadi namun jaringan tidak memadai
1 FITRI RACHMAWATI S.Pd √
2 FIKRA MARDIANAH S.Pd.I √
3 HARYATI S.Pd.I √
4 NINING KOMARIAH S.Pd √
5 IFAH LATHIFAH S.Pd.SD √
6 KUSNADI S.T √
Skor Perolehan =100
Skor Maksimal = 600
Nilai=600:600x100 = 100%
Dari hasil observasi diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1) Fitri Rachmawati S.Pd bukan berlatar belakang PAI namun telah tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi, dan menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 65+100+100=265.
2) Fikra Mardianah S.Pd,I bukan berlatar belakang PAI namun telah tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi dan menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 65+100+100=265.
3) Haryati S.Pd.I bukan berlatar PAI dan juga belum tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi dan menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 50+100+100=250.
4) Nining Komariah S.Pd bukan berlatar belakang PAI namun telah tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 65+100+100=265.
5) Ifah Lathifah S.Pd.SD bukan berlatar PAI dan juga belum tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi dan menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 50+100+100=250.
6) Kusnadi S.T bukan berlatar belakang PAI namun telah tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi dan menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 65+100=100=265.
Dan dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa implementasi media pembelajaran PAI berbasis informasi, komunikasi dan teknologi bagi anak disabilitas dibutuhkan kemahiran IT dan Pola Komunikasi yang menarik, sehingga objek mampu menikmati esensi pembelajaran PAI berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ini dengan hasil yang sesuai diharapkan, yaitu pulang sekolah membawa pengetahuan.
2. Respon Siswa terhadap Media Pembelajaran PAI Berbasis Informasi, Komunikasi dan Teknologi
Data mengenai wawancara dan observasi diperoleh melalui pembelajaran Imtaq (iman taqwa) yang dilaksanakan pada tiap hari jumat. Adapun pertanyaan yang diberikan pada saat wawancara terdiri dari beberapa pertanyaan. Berikut hasil observasi dan wawancara Peserta didik di Sekolah Khusus Korpri terkait respon siswa terhadap media pembelajaran PAI berbasis informasi, komunikasi dan teknologi.
Ada 4 kriteria dari hasil observasi kali ini, diantaranya adalah :
a. Baik sekali
1) Menyimak materi yang disampaikan dengan cermat
2) Memahami materi dan memiliki rasa percaya diri
b. Baik
1) Menyimak dengan cermat namun sesekali sambil bermain
2) Mampu mengemukakan dan memiliki penafsiran
c. Cukup
1) Menyimak materi namu sambil banyak bermain
2) Memahami materi namun dibantu oleh guru
d. Kurang
1) Tidak menyimak materi (hanya bermain saja)
2) Memahami materi namun harus sering adanya pengulangan.
Dari keempat point diatas, ada 68 siswa yang diteliti, diantaranya adalah :
POLA KOMUNIKASI
Table. 4.6
NO NAMA MENYIMAK DENGAN CERMAT MENYIMAK DENGAN CERMAT NAMUN SESEKALI BERCANDA MENYIMAK SAMBIL BERMAIN TIDAK MENYIMAK
1 Muhamad Nazwan Firmansyah √
2 Noval Ardiansyah √
3 Anindita Dwi Maulida √
4 M.Ramdhan Firdaus √
5 Muhamad Alpin Nazril √
6 Kelok Brilian Qiano Adhar √
7 Muhamad Fadlan √
8 Muhamad Raihan Septian Nanta √
9 M.Aulian Dziqri Nizama √
10 Annisa Hinata Mafazzi √
11 Kayla Fatharani √
12 Muhamad Tino Amin √
13 Tb. Bahrul Ulum √
14 Dwi Cahyo Pangestu √
15 Ghalista Alya √
16 Kevin Budi Alkeano √
17 Muhammad Putra Aldiansyah √
18 Mochammad Tito Al Faqhri √
19 Lisna Kholipatul Rizki √
20 Dafa Fadilah Ramadhani √
21 Muhamad Alif Saputra √
22 Bianka Melba Manika √
23 Ahmad Ismail √
24 Tri Meilani √
25 Fahri √
26 Mohamad Rayyan Arya Setiya √
27 Nazwa Abistha Mahija Arwiesha √
28 Muhamad Almeraya Athoriq √
29 Putri √
30 Muhamad Hasan √
31 Sulistiani √
32 Adi Zulfi Mulyawan √
33 Imas Masliyah √
34 Muhamad Haidar Ali √
35 Kaina Kinasih Gusti √
36 Paojiah √
37 Alpin Suwendi √
38 Risa Deslina √
39 M.Fathir Rohman √
40 Fitrah Widi Ilahi √
41 Tb. Ridwan Ramadhan √
42 M. Afdhal Sazhwan √
43 Siti Nurhayah √
44 Rahmatulloh √
45 Tarisha Sheilla Aprilla √
46 Siti Alika Bakhisyatun Najwa √
47 Elma Oktaviani √
48 Muhamad Fadilah Hidayat √
49 Unayah √
50 Aisya Maharani √
51 Riska Apriliyanti √
52 M. Deryl Adrian F √
53 Rizqi Ananda Sabilah √
54 Reny Anisa Nuraeni √
55 Novia Enasari √
56 Rt. Nurul Hidayah √
57 Ayu Lestari √
58 Ahmad Bagus Guritno √
59 Muhammad Fajar √
60 Muhamad Grispan Maulana √
61 Nawawi √
62 Siti Nur Anjani √
63 Fajar √
64 Isna Via Rahmi √
65 Siti Maemunah √
66 Ami Lestari √
67 Assyifa Illahia √
68 Moch. Fahreza Mashuri √
Skor Perolehan =1.700+3.060+975=5.736
Skor Maksimal = 100%
Nilai=5.736:68= 68.60%
PEMAHAMAN SISWA
Table. 4.7
NO NAMA MEMAHAMI DAN MENUMBUHKAN RASA PERCAYA DIRI MAMPU MENGEMUKAKAN DAN MEMILIKI PENAFSIRAN MEMAHAMI MATERI DIBANTU OLEH GURU MEMAHAMI MATERI NAMUN HARUS ADANYA PENGULANGAN
1 Muhamad Nazwan Firmansyah √
2 Noval Ardiansyah √
3 Anindita Dwi Maulida √
4 M.Ramdhan Firdaus √
5 Muhamad Alpin Nazril √
6 Kelok Brilian Qiano Adhar √
7 Muhamad Fadlan √
8 Muhamad Raihan Septian Nanta √
9 M.Aulian Dziqri Nizama √
10 Annisa Hinata Mafazzi √
11 Kayla Fatharani √
12 Muhamad Tino Amin √
13 Tb. Bahrul Ulum √
14 Dwi Cahyo Pangestu √
15 Ghalista Alya √
16 Kevin Budi Alkeano √
17 Muhammad Putra Aldiansyah √
18 Mochammad Tito Al Faqhri √
19 Lisna Kholipatul Rizki √
20 Dafa Fadilah Ramadhani √
21 Muhamad Alif Saputra √
22 Bianka Melba Manika √
23 Ahmad Ismail √
24 Tri Meilani √
25 Fahri √
26 Mohamad Rayyan Arya Setiya √
27 Nazwa Abistha Mahija Arwiesha √
28 Muhamad Almeraya Athoriq √
29 Putri √
30 Muhamad Hasan √
31 Sulistiani √
32 Adi Zulfi Mulyawan √
33 Imas Masliyah √
34 Muhamad Haidar Ali √
35 Kaina Kinasih Gusti √
36 Paojiah √
37 Alpin Suwendi √
38 Risa Deslina √
39 M.Fathir Rohman √
40 Fitrah Widi Ilahi √
41 Tb. Ridwan Ramadhan √
42 M. Afdhal Sazhwan √
43 Siti Nurhayah √
44 Rahmatulloh √
45 Tarisha Sheilla Aprilla √
46 Siti Alika Bakhisyatun Najwa √
47 Elma Oktaviani √
48 Muhamad Fadilah Hidayat √
49 Unayah √
50 Aisya Maharani √
51 Riska Apriliyanti √
52 M. Deryl Adrian F √
53 Rizqi Ananda Sabilah √
54 Reny Anisa Nuraeni √
55 Novia Enasari √
56 Rt. Nurul Hidayah √
57 Ayu Lestari √
58 Ahmad Bagus Guritno √
59 Muhammad Fajar √
60 Muhamad Grispan Maulana √
61 Nawawi √
62 Siti Nur Anjani √
63 Fajar √
64 Isna Via Rahmi √
65 Siti Maemunah √
66 Ami Lestari √
67 Assyifa Illahia √
68 Moch. Fahreza Mashuri √
Skor Perolehan =5.758
Skor Maksimal = 100%
Nilai=5.758:68 = 88,59%
Adapun hasil wawancara dengan pak kusnadi (salah satu guru skh korpri) tentang pola komunikasi siswa adalah sebagai berikut:
“pola komunikasi peserta didik disini dibagi menjadi beberapa kriteria, diantaranya; menyimak dengan cermat, menyimak dengan cermat namun sesekali bercanda, menyimak sambil bermain dan terakhir adalah tidak menyimak”
“ ada 17 peserta didik yang menyimak dengan cermat, diantaranya adalah M. Putra, Dafa Fadhilah, M. Alif, Tri Meliani, M. Rayyan, Nazwa, m. Hassan, M. Haidar, Risa, m. Fathir, Rohmatullah, Aisya Maharani, Ayu Lestari, A. Bagus, Nawawi, Siti Nur Anjani, St. Maemunah.”
“ada 36 peserta didik yang menyimak namun sesekali bercanda, diantaranya adalah : Firmansyah, Noval, Anindita, Brilian, Fadlan, Dzikri, Annisa, Baharul Ulum, Pangestu, Alya, Kevin, Lisna, Biangka, Fahri, Almeraya, Putri, Sulistiani, Imas, Kaina, Alpin, Ridwan, Nurhayah, Sheila, Alika, Elma, Fadilah, Riska, Deryl, Ananda, Reny, Novia, Nurul, Fazar, Via, Ami, Assyifa, Fahreza”
“15 peserta didik yang menyimak sambil bermain, diantaranya adalah : Ramdan, Alpin, Raihan, Kayla, Tino, Putra, Tito, Unayah, Fazar, Maulana”
“tidak ada yang tidak menyimak, semua menyimak walau kebanyakan sambil bermain, karena belajar menggunakan media berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ini terbilang mengasyikan”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pola komunikasi siswa terbilang cukup, dikarenakan masih banyak siswa yang belajar sambil bercanda. Namun demikian itu bukanlah masalah besar, karena dunia anak disabilitas memang seperti itu, tinggal bagaimana para guru-guru dan orang tua wali mendidiknya lebih tepat lagi.
Adapun hasil wawancara dengan pak kusnadi (salah satu guru skh korpri) tentang pemahaman siswa adalah sebagai berikut:
“pemahaman siswa di skh korpri dibagi menjadi beberapa kriteria, diantaranya adalah : memahami dan memiliki rasa percaya diri, mampu mengemukakan dan memiliki penafsiran, memahami materi dibantu oleh guru, memahami materi namun harus selalu diulang-ulang baru bisa faham”
“ada 16, Dafa, Alif, Meilani, Rayyan, Nazwa, Hasan, Haidar, Risa, Fathir, Rohmatullah, Aisya, Ayu lestari, Bagus, Nawawi, Anjani, Siti,”
“ada 37, Nazwan, Noval, Dwi, Brilian, Fadlan, Dzikri, Annisa, Bahrul, Dwi, Alya, Budi, Lisna, Biangka, Fahri, Almeraya, Putri, Sulistiani, Imas, Kaina, Alpin, Ridwan, Nurhayah, Tarisha, Alika, Elma, Fadhilah, Riska, Deryl, Ananda, Reny, Novia, Nurul, Fazar, Isna, Ami, Assyifa, Fahreza,”
“ada 15, Ramdhan, Alpin, Raihan, Kayla, Tino, Putra, Tito, Ahmad, Adi, Paojah, Widi, Afdhal, Unayah, Fazar, Grispan,”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman siswa di skh korpri terbilang baik sekali, karena banyak peserta didik yang mampu mengemukakan dan memiliki penafsiran dari apa yang sudah dipelajari.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Implementasi Media Pembelajaran PAI Berbasis Infromasi, Komunikasi dan Teknologi bagi anak Disabilitas terdapat 3 point yang di teliti, diantaranya adalah kompetensi PAI guru, pola komunikasi dan jaringan.
a. Fitri Rachmawati S.Pd bukan berlatar belakang PAI namun telah tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi, dan menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 65+100+100=265.
b. Fikra Mardianah S.Pd,I bukan berlatar belakang PAI namun telah tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi dan menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 65+100+100=265.
c. Haryati S.Pd.I bukan berlatar PAI dan juga belum tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi dan menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 50+100+100=250.
d. Nining Komariah S.Pd bukan berlatar belakang PAI namun telah tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 65+100+100=265.
e. Ifah Lathifah S.Pd.SD bukan berlatar PAI dan juga belum tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi dan menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 50+100+100=250.
f. Kusnadi S.T bukan berlatar belakang PAI namun telah tersertifikasi, pola komunikasinya yaitu menyampaikan, mendemonstrasikan dan memotivasi dan menggunakan wifi sekolah dengan bandwich memadai, sehingga mendapatkan point 65+100=100=265.
Dapat disimpulkan bahwa;
a. Kompetensi PAI Guru berjumlah 295:6(jumlah guru) maka hasilnya adalah 45% (CUKUP)
b. Pola Komunikasi berjumlah 600:6(jumlah guru) maka hasilnya adalah 100% (BAIK SEKALI)
c. Jaringan berjumlah 600:6(jumlah guru) maka hasilnya adalah 100% (BAIK SEKALI)
2. Respon siswa terhadap media pembele lajaran PAI berbasis informasi, komunikasi dan teknologi bagi anak disabilitas terdapat 2 point yang diteliti yaitu. Pola komunikasi dan Pemahaman siswa.
A. Pola Komunikasi berjumlah 5.735 : 68 (jumlah siswa) = 64,60% (CUKUP)
B. Pemahaman Siswa berjumlah 5.758 : 68 (jumlah siswa) = 88,59% (BAIK SEKALI)
B. Saran
Media pembelajaran PAI berbasis teknologi informasi ini masih memerlukan telaah dan penelitian lebih lanjut. Saran yang hendak peniliti sampaikan, diantaranya:
1. Media pembelajaran PAI perlu diadakan peningkatan yang berkesinambungan, apalagi tuntutan zaman yang terus berkembang menuntut penggunaan media dalam pembelajaran ditingkatkan dengan menyesuaikan pada tuntutan zaman yang semakin canggih. Untuk itu, para pembaca harus terus berupaya untuk meningkatkan dan mencari tahu agar pembelajaran tidak tertinggal.
2. Guru merupakan aspek yang sangat berperan dalam dunia pendidikan, jadi sebagai faktor utama dalam pendidikan guru harus dapat mengoptimalkan profesionalitasnya dengan menyesuaikan pada tuntutan perubahan zaman untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi demi mencapai pembelajaran yang efektif. Selain itu, guru juga harus mengembangkan dan meningkatkan profesionalitasnya agar bisa memenuhi tuntutan perkembangan era globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Setiawan, Merancang media pembelajaran PAI di Sekolah, Darul Ulum, Edisi 2, 2019.
Auhad jauhari, Pendidikan inklusi sebagai alternatif solusi mengatasi permasalahan social anak penyandang disabilotas, Ijtimaiya, Edisi 1, 2017.
Badrus zaman, penerapan active learning dalam pembelajaran pai,, Edisi 4, 2020.
Baharun Hasan, pengembangan media pembelajaran pai berbasis lingkungan melalui model assure, (IAI Nurul Jadid Paiton Probolinggo)
Cheppy Sunzuphy, media pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011)
Fitrah, Muh dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus. (Sukabumi, CV Jejak, 2017),
Hamdani, strategi belajar mengajar,(bandung, pustaka setia 40253 thn 2010)
Haslindah, Skripsi: “Metode Pembinaan Anak Disabilitas Dalam Meningkatkan Aksesibilitas Sosial Di Sekolah Luar Biasa” (M akasar: UINAM, 2019),
Ice Karlina,, “Media berbasis ICT bagi anak usia dini”, diva press, Edisi 3, 2018.
I Nyoman Bayu Pramartha, S.Pd., M.Pd, Sekolah dan sistem Pendidikan sekolah luar biasa,Historia, Edisi 3, 2015.
Jonathan Sarwono, Mixed Methods: Cara Menggabung Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif Secara Benar, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011)
Ketut Sepdyana Kartini & I Nyoman Tri Anindia Putra, Respon siswa terhadap pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis android,, Edisi 4, 2020
Mahfud Shalahuddin, Media Pendidikan Agama (Bandung : Bina Islam, 1986)
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008)
Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung : Citra Aditya, 1989), 12
Oky Dermawan, “Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus”, Psympatic, Edisi 2, 2013
Roudhatul Jennah, Media Pembelajaran (Banjamasin: Antasari Press, 2009)
Yuli Kwartolo, “Teknologi, Informasi dan Teknologi dalam proses pembelajara”, Jurnal Pendidikan Penabur, Edisi 1, 2010
Lembar wawancara respon siswa
Media pembelajaran PAI berbasis informasi komunikasi dan teknologi bagi anak disabilitas
A. Biodata Informan
Nama : Kusnadi S.T
Jabatan : Guru Skh Korpri
B. Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana pola komunikasi peserta didik ketika belajar PAI menggunakan media pembelajaran berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ?
2. Ada berapa dan siapa saja yang menyimak dengan cermat ?
3. Ada berapa dan siapa saja yang menyimak dengan cermat namun sesekali bercanda ?
4. Ada berapa dan siapa saja yang menyimak sambik bermain ?
5. Ada berapa dan siapa saja yang tidak menyimak ?
6. Bagaimana pemahaman peserta didik ketika belajar PAI menggunakan media berbasis informasi, komunikasi dan teknologi ?
7. Ada berapa dan siapa saja yang memahami dan menumbuhkan rasa percaya diri ?
8. Ada berapa dan siapa saja yang mampu mengemukakan dan memiliki penafsiran ?
9. Ada berapa dan siapa saja yang memahami materi namun harus dibantu oleh guru ?
10. Ada berapa dan siapa saja yang memahami materi namun harus diulang-ulang terlebih dahulu ?
Posting Komentar
Posting Komentar